Suara Azan Papa di Hari Lebaran


Hai pembaca yang aku klaim sudah sangat setia, kali ini aku kembali pada cerita edisi bulan Agustus setelah libur lebaran yang cukup panjang. Guess what? Yap cerita kali ini tetap saja ada hubungannya dengan lebaran dan pernak-perniknya. Tentu saja bukan hanya tentang kue lebaran dan baju baru serta pesta dan acara yang mewarnai hari kemenangan. Bagi aku lebaran 1435 H kali ini benar-benar mengesankan dan aku merasa telah meraih satu kemenangan yang telah lama aku impikan.
Lebaran kali ini jauh berbeda dari lebaran tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa keinginan dan doa aku yang sudah dikabulkan tapi tak perlu jua aku sebutkan satu persatu kecuali yang satu ini. Hal itu adalah seuatu yang baru dari seorang papa di hari lebaran, sesuatu yang sudah lama aku inginkan dari beliau dan sekarang aku melihat, mendengar dan merasakan nya. 
Aku dan Papa
 Sebelumnya aku akan memberikan kisah dibalik semua layar ini, kisa-kisah tempo dulu yang tidak akan pernah aku lupa baik itu suka maupun duka. Ini adalah kisah tentang seorang papa, tentang seorang teladan bagi aku selama 24 tahun, tentang seorang jenderal dalam keluarga. Papa adalah orang yang memang benar tidak menamatkan bangku sekolah menengah pertamanya, ini berarti beliau hanya punya ijazah Sekolah Dasar yang sekarang mungkin saja tidak tahu letaknya dimana. Beliau tidak menamatkan sekolah bukan berarti tidak mampu membayar biaya sekolah tetapi karena terjebak dalam lingkaran malas dan kemewahan yang akhirnya berujung pada hal buruk. Sebenarnya papa memiliki dua orang tua yang cukup mampu untuk menyekolahkannya hingga sekolah tinggi, hal itu karena ayah beliau adalah seorang anggota polisi yang berarti ibu beliau adalah seorang bhayangkari. Menjadi seorang anak polisi pada masa itu memang langka apalagi tinggal di daerah desa yang terpelosok, papa bisa meminta apa saja untuk sekolahnya, uang jajan yang lebih banyak dari temannya, wewangian, minyak rambut dan pakaian yang bagus.
Sayangnya papa terlena dengan semua kemewahan yang diberikan, beliau tidak memanfaatkan fasilitas tersebut untuk belajar dengan baik di sekolah. Suatu hari nenek pernah bercerita kepada aku bahwa papa adalah seorang yang dikagumi banyak wanita dan disayangi oleh para gurunya karena suaranya yang bagus dan kelihaian bermain berbagai alat musik. “pernah dulu ibu gurunya bilang bahwa papa mu itu naik kelas karena suaranya bagus lalu ibu gurunya senang,” cerita nenek ketika aku pulang kampung beberapa waktu lalu. Nenek memang kerap kali bercerita tentang papa sewaktu kecil dari kebiasaannya memakai wewangian, kerapiannya berpakaian dan tingkah nakalnya sewaktu sekolah. Seiring berjalannya waktu papa sekarang sudah bersama dengan mama ku ditambah dengan tiga orang adek ku, dimana saat ini kami adalah keluarga. Walaupun sudah tidak muda lagi papa masih bisa dan sangat lihai dalam bermain alat musik terutama gitar, aku pun sangat senang apabila papa mulai memetik gitarnya.
Nah, ini ibunya papa yang sering cerita sama aku
Banyak lagi hal baik dan positif yang aku dapatkan dari seorang papa namun dibalik semua hal baik yang aku ceritakan terdapat sisi yang tidak baik dalam diri papa, sisi lain itu telah menjadi trade mark dalam dirinya sehingga semua orang mengenal beliau dengan trade mark itu. Tidak terlalu buruk memang tetapi banyak juga orang yang menganggap hal tersebut buruk. Selama ini papa lebih dikenal sebagai seorang yang tidak seperti orang kebanyakan, suka main judi, pekerjaan tidak jelas dan sebagainya yang bernada negatif. Pernah sekali waktu itu papa dituduh salah seoranng temannya mencuri perhiasan sang pemilik kedai tempat beliau biasa bermain kartu dan nongkrong bersama teman-temannya. “biar saja orang bilang apa nanti dia yang akan menderita sendiri,” kata papa ketika beliau dituduh. Penyelidikan kasus pencurian emas itu terus berlanjut dan entah kenapa yang mencuri emas tersebut ternyata adalah orang yang menuduh papa, alhasil ia kena denda satu ekor kambing untuk membersihkan nama orang yang telah ia tuduh dan aku sempat mengembala kambing selama beberapa bulan sebelum kambing itu dijual.
 Kepada aku papa selalu berpesan bahwa untuk menjadi seorang yang berhasil dan disayangi banyak orang yang diperlukan hanyalah kejujuran dan tidak mengambil hak orang lain. “jan sakali-sakali ang mancilok atau maliang nan paralu jujur, aden yo jaek tapi aden haramkan maliang punyo urang, (jangan sekali-sekali kamu mencuri yang penting itu adalah jujur, aku memang jahat tetapi aku haramkan yang namanya maling punya orang lain),” pesan papa sewaktu aku masih SMA. Kebiasaan bermain judi beliau tidak hanya di kedai tetapi juga kerap kali bermain di rumah ku sendiri hingga  suatu hari ketika aku masih kuliah aku mengancam tidak akan balik kerumah jika ternyata papa masih bermain judi.
Walaupun hanya tamatan sekolah dasar tetapi beliau sangat peduli dengan pendidikan anaknya dan akan marah apabila anaknya bermalas-malasan untuk belajar. Memang lah beliau tidak pernah mengajarkan aku bagaimana cara membuat PR matematika serta tugas-tugas lainnya, yang beliau tahu adalah aku harus belajar dan aku melakukan apa yang diperintahkan. Pandangan-pandangan negatif dari masyarakat sekitar kampungku telah membuat posisi keluarga kami direndahkan sehingga orang-orang berfikir tingkah laku papa akan menular kepadaku. Tentu saja pandangan itu tidak aku gubris dan bertekad membuktikan bahwa anggapan orang itu tidaklah benar. Didikan papa yang keras telah membuat aku berfikir bagaimana cara agar keluarga aku tidak diremehkan lagi, tidak dianggap oleh orang banyak sebagai keluarga yang dipimpin oleh seorang “preman kampung”. Sekarang aku sadar bahwa didikan keras itu membuat aku menjadi seorang yang kuat dan tidak cengeng karena masa kecilku sangat jauh dari kata manja.
Hari-hari buruk itu telah kami lalui selama bertahun-tahun, sehingga aku sadar bahwa hari-hari itu harus aku ubah menjadi lebih baik. Langkah pertama adalah aku berdoa kepada Tuhan agar keluarga ku menjadi yang lebih baik, di setiap ibadah aku ucapkan doa itu. Pembaca ingin tahu juga do’a nya? Beneran ingin tahu? Kepo deh :D. Jika pembaca benar ingin tahu do’a nya, ini adalah doa yang aku anggap sakti, “ya Allah, ya Rahman, ya Rahim jadikanlah keluarga ku keluarga yang beriman kepadamu, keluarga yang saqidah mawaddah dan warramah serta berikanlah kepada kami umur yang panjang dan rezeki Mu,” itu adalah do’a yang selalu aku ucap ketika sholat. Jika kita telah berdo’a maka seharusnya kita sadar bahwa untuk menjadi kan sesuatu menjadi sesuai dengan keinginan maka kita tidak cukup hanya dengan do’a tetapi juga harus melakukan usaha. Aku berniat agar papa kembali kepada jalan yang benar jalan yang mendekati bentangan sajadah karena menurut aku dekat dengan Tuhan akan berdampak lebih baik kepada kepribadian seseorang. Untuk diketahui bahwa selama ini beliau tidak pernah aku nampak menunaikan sholat lima waktu apalagi mengaji. Walaupun beliau kerap kali mengingatkan aku untuk sholat tetapi beliau sendiri tidak melakukannya, kadang aku merasa aneh memang.
Sekarang aku sudah 24 tahun dan aku merasa sudah saatnya aku melakukan hal itu yaitu mengingatkan papa untuk melakukan ibadah kepada Tuhan. Sebenarnya sebelumnya aku sudah mencoba mengingatkan beliau dan beberapa orang temannya juga melakukan hal yang sama namun papa hanya diam dan memang beliau adalah orang yang sangat sulit di atur jika itu memang bukan inginnya. Perlahan kau ingatkan dan terus aku ingatkan hingga suatu hari beberapa bulan yang lalu terjadi pertengkaran yang hebat antara aku dan papa. Aku tidak ingat lagi sebab kami bertengkar tapi yang jelas waktu itu aku mengatakan,” sudah saatnya papa kembali, sholat dan mengaji tidak perlu memikirkan hal yang lain apalagi hanya berlagak memamerkan diri,” begitu pesan singkat ku waktu itu. Kami bertengkar dengan saling berbalas pesan singkat dimana sudah aku putuskan bahwa aku tidak akan menelepon beliau. Setelah pertengkaran itu aku mendengar dari mama bahwa papa agak sedikit berubah hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menelepon papa. “halo pa, lagi dimana?,” ucapku di telepon. Papa menjawab dengan pelan bahwa ia sedang di masjid yang tentu saja membuat aku kaget dan tidak percaya.
Saat rasa penasaran terus menyelimuti aku mendapat kabar bahwa papa telah melakukan ibadah puasa tidak seperti biasanya bahkan puasa beliau pada bulan ramadhan kali ini mampu dilaksanakan secara penuh dimana biasanya beliau hanya berpuasa sebanyak 10 sampai 15 hari paling banyak. Kebanggaan tentunya merasuk dalam diri ku apa yang aku doakan telah menemui sasarannya. Tidak hanya itu, sewaktu kami pulang berlebaran dari rumah salah seorang famili aku mendengar lantunan azan dari sebuah masjid eh buan sebuah memang satu-satunya masjid yang ada di kampungku . Aku mendengar suara azan yang ternyata adalah suara yang sudah aku dengar selama 24 tahun. Awalnya aku merasakan keganjilan mendengar suara azan masjid yang berbeda dari biasanya, sebelum aku sempat bertanya mama sudah menjawab lebih dahulu, “ itu suara azan papa,” kata mamaku. Aku yang berdiri tidak jauh dari masjid hanya bisa terdiam dan mengucap syukur kepada Tuhan bahwa apa yang aku dengar dihari lebaran itu adalah sesuatu yang akan membuat hari-hari berikutnya lebih baik. Segera aku bergegas menuju masjid untuk menuikan sholat jamaah pertama kali dalam hidup ku bersama dengan seorang papa. Alangkah bahagia dan spesialnya hari itu hingga aku merasakan haru yang menyelimuti. Apalagi aku dengar dari satria adek ku yang paling bungsu papa juga kerap melantunkan azannya ketika waktu magrib dan sholat jumat di masjid dekat rumah ku. Semoga ini adalah awal baik untuk hari esok yang lebih baik, dan aku kami tetap bisa mendengar suara azan yang merdu, suara azan yang biasanya hanya berucap sumpah serapah mampu melantunkan dengan sangat nyaring dan indah. Alhamdulillah.

Pekanbaru, 04 Agustus 2014


Comments

Popular posts from this blog

PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Gadih Minang (Sakola atau Balaki?)

TRAGEDI 26 MEI 2011 . ( PART II )