“Superman Kampung”
Siapa
yang tidak pernah nakal sewaktu masih kecil? Mungkin hampir semua orang yang
pernah menjalani masa kecil akan menjawab bahwa pernah melakukan kenakalan-kenakalan
yang menurut mereka adalah sebuah kesenangan. Sulit memang membedakan antara
kesenangan dan kenakalan karena keduanya adalah hal yang sama-sama
menyenangkan. Kenakalan pada masa kecil juga terjadi pada diri saya dimana saya
melakukan beberapa kenakalan secara sadar bersama beberapa orang teman yang juga
waras dan sadar. Tidak jauh berbeda mungkin kenakalan yang kami lakukan dengan
kebanyakan orang pada umumnya, misalnya iseng menjahili teman dengan
menyembunyikan sendalnya ketika sholat taraweh, bisa juga sekedar menjitak
kepala teman hingga akhirnya berantem beneran. Hahahhaha.
Namun
ada yang sedikit berbeda dengan kenakalan yang kami lakukan semasa masih
anak-anak beranjak remaja. Hal yang berbeda tersebut adalah ketika kami hendak
melakukan hal-hal bodoh yang sebenarnya jelas dilarang maka akan datang seseorang
yang layaknya “superman”, dia kerap kali datang ketika kami berbuat tidak baik.
Sehingga kami menyebutnya “superman kampung”. Lalu siapakah pria paruh baya
yang kami sebut dengan “superman kampung”? tidak lain beliau adalah salah satu
tokoh yang cukup terkenal di kampung kami. Beliau terkenal karena kerap kali
memberikan khotbah di mesjid ketika sholat jumat. Dalam hal ini bukan saya
mengolok beliau dengan panggilan “superman kampung”, tetapi ungkapan tersebut
adalah rasa salut kami yang selalu digagalkan oleh beliau ketika hendak berbuat
jahil.
Contohnya
saja ketika kami ingin mencuri kelapa muda di salah satu kebun entah milik
siapa, tetapi karena kami haus maka tidak memperdulikan lagi itu kelapa muda
milik siapa yang penting rasa dahaga lepas. Pohon kelapa itu kerap kami lalui
ketika kami hendak menceburkan diri ke sungai, daunnya seakan melambai kami
untuk segera memanjat dan memetik buahnya.
Suatu
sore ketika hendak berangkat mandi ke sungai sehabis bermain layangan tiba-tiba
teman saya langsung menarik tangan saya,” manjat kelapa yuk,,sudah ga usah
takut nanti aku yang manjat kau yang nunggu dibawah”, katanya bersemangat. Saya
yang juga haus langsung meloncat ke arah pohon kelapa yang kerap menjadi
langganan kami. Namun baru saja teman saya sampai di puncak pohon kelapa yang
memang tidak terlalu tinggi tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari
belakang saya,” woi, ngapain kalian itu masih kecil sudah mencuri,” belum lagi
selesai beliau bicara saya dan teman saya sudah lari pontang panting ke arah
sungai sambil tertawa dalam cemas. Kedatangan “superman kampung” tidak hanya
kali itu saja, ketika kami tengah asik bertengger di batang rambutan tiba-tiba
beliau juga sudah muncul di pangkal pohon. “turun kalian...turun dasar maling”,
katanya sambil mencincang sendal kami. Sejak kejadian sendal kami dicincang
yang menyebabkan tidak satupun sendal yang bisa dipakai maka kami mengatur
siasat bagaimana agar kami tetap bisa menyantap kelapa muda ketika kami haus.
“bagaimana
kalau kita ambil buah kelapa yang di tepi sungai dekat sawah itu,” celetuk
salah seorang teman memecah kebuntuan. Semuanya tentu sepakat karena kami akan
meneguk segarnya kelapa muda, bahkan wajah tidak sabar dan ingin membalas
dendam jelas tampak dari beberapa orang teman saya. Esok hari yang direncanakan
sudah datang, seperti biasa tradisi minum air kelapa selalu kami lakukan ketika
akan mandi di sungai. Tidak seperti batang pohon kelapa sebelumnya, pohon
kelapa yang berada di tepi sungai agak pendek dan berada di lahan yang landai
sehingga kami tidak menghabiskan tenaga untuk memanjat cukup menggunakan
sebilah kayu untuk mengambil kelapa muda. Beberapa buah kelapa sudah jatuh dari
tampuknya, teman yang bertugas memungut kelapa juga dengan sigap mengumpulkan
satu persatu. Asik memungut kelapa lagi-lagi teriakan khas itu kami dengar dari
kejauhan, “oiii..kalian lagi...memang bandel kalian ini ya,” gaya beliau sambil
mengacungkan parang. Sialnya kami tidak tahu bahwa sang superman juga kerap
melintas di jalur itu untuk pergi ke kebunnya di seberang sungai. Kali ini kami
benar-benar kebingungan bagaimana cara mengakali agar tidak ketahuan sang
superman yang sepertinya punya alat canggih mendeteksi adanya kejahatan.
Kebetulan
sekali musim durian datang, dimana mana pohon durian berbuah dan tentunya tidak
ada yang akan menolak jika dikasih durian segar baru jatuh dari pohonnya.
Terlintas di benak kami akan memanjat pohon durian yang tidak terlalu tinggi
karena tidak sabar menunggu buah durian yang tidak kunjung jatuh, tapi kami
segera sadar bahwa misi terlarang itu tidak mungkin kami lakukan di siang hari
karena bisa saja superman mencincang sendal kami untuk kedua kalinya. Siasat
disusun secara apik, kami berencana melakukan eksekusi pada malam hari. Malam
minggu kami pilih karena esoknya libur sehingga tidak masalah jika kami tidur
larut malam, semua persiapan pun sudah lengkap mulai dari senter, beberapa
bilah kayu, batu dan tentunya parang. Dengan mengendap-ngendap kami melangkah
ke arah pohon durian yang dituju, langkah kami sangat sunyi dan tidak ada
obrolan yang terjadi kecuali hanya bisikan-bisikan kecil. Kira-kira pukul
setengah sebelas malam kami bersiap untuk memanjat pohon durian, salah seorang
teman saya yang memang jago memanjat sudah bergelayutan dan menggoyang dahan
yang bergelantung buah durian. Sekali dua kali goyang buah durian tidak kunjung
lepas dari tampuknya, lalu dia beralih ke dahan yang lain dan melakukan hal
yang sama. Beberapa buah durian berjatuhan, kami sedikit berlari memungutnya
agar tidak ketahuan pemilik dan superman. Kami sangat percaya diri bahwa sang superman
tidak akan datang karena sudah larut malam, rasa percaya diri terus menyelimuti
kami hingga cahaya putih besar menyinari mata saya, “silau, siapa itu?,” saya
berteriak geram ke arah cahaya lampu senter. “kerja bagus ya kalian malam-malam
gini di kebun durian orang, jangan kira saya tidak tahu gerak gerik kalian,”
suara yang khas membalas teriakan saya. It is superman...........kami pun
langsung berhamburan saling terpisah satu sama lain menyelamatkan diri
masing-masing. Dari kejauhan saya mendengar sang superman masih memaki-maki
kami. Malam yang benar-benar sial. *nanda bismar
Teluk
Kuantan, 07 Juni 2015
Comments
Post a Comment