Menapak Bumi Sriwijaya (PART I)



Bang Edi seakan tidak pernah lelah terus menginjak pedal dan meliuk-liuk melewati rangkaian mobil-mobil besar dan bus yang tidak pernah putus. Sekali kami ingin mengisi bahan bakar setelah melewati rangkaian truk yang banyak, begitu kami memasuki areal SPBU malangnya bahan bakar tidak tersedia di SPBU sedangkan truk yang baru saja kami lewati telah melaju ketika kami berhenti. “sial nasib kita bang,” sambil menghela nafas karena berarti kami harus melewati lagi rombongan truk yang panjang. Sungguh melelahkan.
Bahkan di jalan lintas Sumatera pun mereka masih berani
Sekarang kami sudah memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin yang berarti tidak lama lagi kami akan segera memasuki kota Palembang. Nah, disini ada satu kejadian lucu yang tidak akan bisa saya lupa dan apabila mengingatnya maka saya akan tertawa sendiri. Seperti biasa jika melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil maka saya seringkali ingin buang air kecil, kebetulan waktu itu saya ingin buang air kecil tetapi setelah kami perhatikan kiri kanan jalan tidak jua ketemu toilet atapun SPBU karena sepanjang jalan hanya ada kebun karet dan beberapa rumah warga. Merasa sudah tidak tahan lagi sayapun meminta Bang Edi untuk berhenti di sebuah Musholla kecil di pinggir jalan siapa tau aja ada toiletnya. Saya pun segera meloncat turun dan menghampiri seorang ibu yang sedang menggendong anaknya dipekarangan musholla, “maaf bu, toiletnya ada ga,” saya bertanya sambil menahan. Ibu itu menjawab, “ada mas tapi tidak ada banyu,” saya pun pusing mendengar kata-kata banyu. “apa bu,?ujar saya berulang kali. “banyu mas, banyu nya ga ada,” kata ibu itu lagi. Mungkin sang ibu kesal karena saya terus mengerutkan kening ketika ia menyebut banyu, dengan nada tinggi ibu itu bilang, “ banyu itu air mas, air,” nadanya kesal.

 Hahahahahahhahaa……sumpah saya ga tahu kalau banyu itu adalah air artinya. Terlintas dalam benak saya bahwa Banyuasin berarti adalah air yang asin, hahaha.. sebuah kejadian yang tidak disangka menambah pengetahuan saya. Tidak jauh dari tempat tadi akhirnya kami ketemu Masjid yang lumayan besar dan kami segera melepaskan semua hasrat dengan senang hati. Perjalanan kami lanjutkan dengan perasaan yang lega sambil sesekali saya tersenyum dengan kejadian “banyu” barusan.
Waktu sholat Jumat sebentar lagi masuk, sedang Kota Palembang masih sekitar satu jam perjalanan sehingga kami memutuskan untuk menunaikan sholat jumat terlebih dahulu lalu istirahat makan siang di rumah makan Padang tentunya. Sekarang tenaga kami sudah terisi kembali, jalanan yang kami lalui semakin lama semakin ramai oleh truk dan mobil-mobil kecil. “sebentar lagi kita masuk kota,” kata bang Edi. Karena bang Edi lupa rute menuju kantor yang di jalan Kapten Ahmad Rivai maka kami sepakat untuk menggunakan GPS sebagai alat bantu yang berhasil mengantarkan kami ke kantor.
Memasuki Kota Palembang saya memperhatikan sisi kiri dan kanan jalanan kota yang sudah penuh dengan bangunan-bangunan layaknya kota metropolitan, jalannya semberawut dan penuh sesak, disetiap persimpangan jalan selalu ada Polantas yang sepertinya selalu siap siaga. Pos jaga mereka tidak seperti kota lain yang sudah saya kunjungi, hanya sebuah pos sederhana dengan tiga orang Polantas selalu berdiri siaga di depan Pos jaga.
Nah ini salah satu Landmarknya Palembang
Beberapa corak bangunan yang ada di Palembang khas corak Tionghoa dengan pagar yang tinggi. Sengaja saya menghafal nama jalan yang kami lalui hingga akhirnya kami tiba di kantor. Berhasil-berhasil horaii, kami sampai di kantor dengan selamat. Disambut oleh beberapa rekan yang selama ini hanya saya kenal suaranya, sekarang saya bertemu dengan keluarga besar BBC Kebun A. Rivai. Saya dan bang Edi pun diperkenalkan oleh Pak Jemakir kepada seluruh anggota kebun, mereka baik dan bersahabat. Kami pun dipersilakan untuk beristirahat sebelum menuju rumah dinas di Basuki Rachmat. Saya sudah tidak sabar untuk berkeliling Kota Pelembang esok harinya, beberapa spot sudah saya browsing untuk saya kunjungi. Tidak lupa saya juga ingin bertemu dengan teman lama saya sewaktu masih aktif di Pers kampus, namanya Iwan.
Dibandingkan dengan Pekanbaru, suhu di Kota Palembang tidak terlalu panas tetapi dari sisi kerapian dan keindahan Kota sepertinya Pekanbaru lebih unggul sedikit. Di kota ini tempat makan yang menyediakan hidangan mpek-mpek sangat banyak, hampir tiap sudut kota ada semacam warung yang menyediakan menu mpek-mpek. Setelah makan malam bersama dengan Pak Amin, kami pun segera meluncur menuju rumah dinas untuk beristirahat melepas penat sepanjang perjalanan. Sebelum tidur saya sudah membayangkan besok akan berkeliling kota Palembang. zzzzZZZZZZz.

 Pagi sekali kami sudah bersiap karena Pak Amin harus mengikuti acara kantor pukul 07.00 pagi itu, jadi saya dan Bang Edi akan berkelana keliling kota. Walaupun masih pagi, jalanan Kota Palembang sudah macet apalagi menjelang persimpangan, sepertinya orang-orang disini bisa banget membuat para Polantasnya sibuk. Target kunjungan saya pagi itu adalah stadion Jaka Baring yang berarti untuk menuju Jaka Baring saya terlebih dahulu melewati jembatan Ampera yang sekilas hanya seperti jembatan biasa pada umumnya. Namun menjadi tidak biasa setelah saya mendengar cerita tentang Ampera dari teman saya Iwan, tapi itu nanti ya saya ceritakan.  

Bersambung..........

Comments

Popular posts from this blog

PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Gadih Minang (Sakola atau Balaki?)

TRAGEDI 26 MEI 2011 . ( PART II )