Bagaimana Jika Saya Menikah?

Bagaimana rasanya menikah? Apakah senang? Susah? Atau tidak berasa sama sekali. Bagi yang masih ragu-ragu atau yang sedang berada dalam masa pendekatan untuk menikah maka saya akan coba berbagi mengenai pengalaman saya yang baru saja menikah beberapa bulan yang lalu. Barangkali tulisan ini bermanfaat bagi mereka yang memang sedang berada dalam kebimbangan atau mereka yang memang pernah terbersit pertanyaan, “bagaiman jika saya menikah?, saya tidak akan bahas terlalu serius hanya based on kehidupan saya setelah menikah dengan seorang gadis cantik jelita yang turun dari surga. Berikut hal-hal yang saya dan mungkin akan pembaca rasakan jika sudah menikah :

  1. Mengurangi beban fikiran, bagaimana tidak jika sebelum menikah kita terlalu banyak mikir masa depan seperti apa, hidup besok bagaimana, bahkan hari ini mau makan apa, masih sering kita fikirkan sewaktu belum menikah. Semua itu belum termasuk memikirkan wanita lain yang memang selalu ada dan tidak akan bisa dipungkiri karena memang kita belum memiliki ikatan khusus. Setidaknya dengan adanya isteri saya tidak lagi perlu memikirkan nanti jam istirahat mau makan apa dan dimana, poin penting satu lagi adalah isteri bisa jadi tempat berbagi yang juga sekaligus akan mengurangi beban fikiran. Jadi kalau sudah punya isteri jangan malu-malu untuk bercerita.
  2. Hidup jadi lebih teratur, jika sebelumnya saya orang yang tidak begitu memperhatikan penampilan dan pola hidup yang kacau, maka dengan adanya isteri semua mengarah pada yang lebih baik. Bagaimana tidak, isteri memperhatikan setiap gerak gerik kita, melihat apa ada yang salah dengan diri kita, kalau sebelumnya kita hanya punya satu kontrol sekarang dua kontrol. Jadi tidak heran jika orang yang sudah menikah pada umumnya timbangan berat badan cenderung naik.
  3. Perencanaan yang lebih baik, setiap langkah adalah penuh dengan rencana, kepingan-kepingan itu biasa kita kumpulkan sendiri untuk satu tujuan. Dengan adanya isteri kita bisa berbagi untuk membuat rencana yang lebih baik, setidaknya ada saran dan kritikan yang mungkin luput dari pemikian kita sebelumnya.
  4. Tidak lagi bebas,yang satu ini bisa kita lihat dalam dua sisi yang berbeda, pertama adalah sisi positifnya bahwa ketika kita menikah maka segala gerak gerik kita akan diketahui oleh isteri dalam artian kita butuh persetujuan isteri untuk melakukan sesuatu, terkadang orang akan merasa tidak bebas tetapi justru tujuannya adalah untuk gerakan yang lebih terarah. Dalam konotasi negatif jika mendapat isteri dengan watak posesif maka segala sesuatu akan lebih sulit bahkan akan terasa seperti di dalam penjara. Misalnya kita punya hobi memancing ikan, tetapi sang isteri selalu melarang dengan alasan yang tidak jelas, konotasi yang buruk.
  5. Latihan kepemimpinan,ada banyak cara orang untuk menjadi pemimpin walaupun sebenarnya setiap dari kita adalah pemimpin, memang benar begitu adanya. Karena ketika saya memutuskan untuk menikah maka saya secara tidak langsung juga siap menjadi seorang pemimpin, bagi isteri dan anak saya. setiap hari kita akan dihadapkan pada hal-hal yang memang membutuhkan jiwa kepemimpinan. Sepele? Jika seorang suami tidak mempunyai jiwa kepemimpinan bisa kita lihat bagaimana akhir dari rumah tangga tersebut. Aka nada waktunya kita menjadi seorang problem solving, menjadi amat serius, menjadi amat nakal, menjadi amat periang, semua adalah trik-trik seorang pemimpin. Tidak bisa dipungkir.
  6. Keluarga baru,seperti yang saya tulis sebelumnya menikah tidak hanya pertemuan dua insan, tidak hanya soal cinta, uang dan pesta yang mewah dengan kado yang melimpah. Lebih dari itu adalah menyatukan satu kelompok dengan kelompok lain untuk membentuk unity, sebuah persatuan yang kokoh. Kita akan mengenal lebih banyak orang, lebih banyak keluarga, lebih banyak tawa dan tentunya banyak silaturahmi ujung-ujungnya rejeki.
  7.  Management keuangan lebih baik, pada dasarnya wanita adalah suka dengan sesuatu yang mewah, berkilau dan puji-pujian. Tetapi wanita yang bijak dapat menggunakan uangnya sesuai dengan kebutuhan, maka dari itu kita butuh nasihat para wanita bijak untuk perencanaan keuangan yang lebih baik. Jadi jika anda master dalam hal keuangan ditambah dengan isteri anda yang bijak maka kalian akan menjadi professor dalam ilmu keuangan. Kira-kira begitu.
  8. Terakhir adalah ibadah, sebenarnya ini adalah urusan masing-masing individu tetapi saya teringat dengan omongan seorang teman sewaktu belum menikah. Sebut saja namanya Tono, dan ia pernah bilang menikah adalah jalan untuk lebih fokus mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Memang benar adanya apa yang Tono ucapkan, terlepas dari bagaimana kita melakukannya dan sekali lagi saya ingatkan ibadah adalah urusan individu kita dengan yang satu.
Nah jangan baca terlalu serius, kira-kira begitulah kehidupan setelah menikah, terdengar sangat sempurna bukan? Tetapi itu belum termasuk hal-hal lain yang berada diluar dugaan yang akan berbeda dihadapi semua orang. Mudah-mudahan saudara sebangsa dan setanah air yang ingin menikah dapat mencerna dengan baik, tulisan hanyalah sebuah instrumen, imajinasi kita yang mengembangkan. Oh ya, bagi yang masih takut dan malu menikah karena merasa belum cukup jabatan, belum tinggi pangkat, belum ada uang, merasa tidak mampu menghidupi anak orang, maka kejar lah itu sampai merasa sanggup, lebih baik terlambat menikah daripada tidak sama sekali, hahahhahaha.
Tetapi tidak ada salahnya hidup hidup sesuai motto pasukan SAS England, Who Dares Will Win.

Comments

Popular posts from this blog

PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

TRAGEDI 26 MEI 2011 . ( PART II )

Gadih Minang (Sakola atau Balaki?)