Hau Habonaran
Sudah
pernah ke danau toba? Kini pertanyaan itu dengan lancar akan saya jawab “ya,
walau sekali” dengan senyuman tentunya. Sadar bahwa kesempatan tidak datang dua
kali, kalaupun ada pasti akan saya ambil juga..hahaha, dan akhir pekan lalu
saya menikmati indahnya pesona danau terbesar di Indonesia. Danau Toba.
Bagaimana cerita keseruan ini? Penasaran dong? Seperti biasa pengalaman pertama
selalu menyenangkan untuk di goreskan, bisa jadi oleh-oleh untuk generasi
mendatang.
Lalu kenapa saya bisa sampai ke Danau Toba? adalah
dalam rangkaian acara perusahaan bertajuk motivation
journey dengan beberapa kawan lain dari Pekanbaru, Aceh, Medan, dan Batam.
Saya tidak tertarik sama sekali membahas motivation
journey yang diselenggarakan kantor, karena ya hampir sama dengan
acara-acara motivasi pada umumnya. Melirik Danau Toba akan terasa lebih sedap,
lebih menggembirakan, lebih dari sekedar motivasi, lebih menggairahkan. Oh ya…untuk
mencapai danau terbesar di negara ini tidak perlu ribet sama sekali, karena
aksesnya yang sangat mudah dari manapun teman datang. Teman bisa datang dari
semua penjuru, bisa dengan menggunakan sarana transportasi udara dan darat,
asal jangan pakai kapal selam, saya jamin tidak akan sampai. Karena saya dari Pekanbaru,
otomatis kami menggunakan pesawat terbang menuju Bandar Udara Kuala Namu
Sumatera Utara, perjalanan ditempuh sekitar 55 menit dari Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II,Pekanbaru.
Jumat
(24/3) rombongan kami yang berjumlah 53 orang dari Pekanbaru bertolak menuju Kuala
Namu. Tidak ada hambatan berarti, bandara juga tidak terlalu ramai karena kami
berangkat ketika orang sedang khusyuk melaksanakan sholat jumat, pesawat datang
tepat waktu dan mendarat sesuai jadwal. Di dalam pesawat pun tidak ada yang
spesial, masih dengan rasa parno yang sama jika sedang berada di ketinggian.
Satu bungkus roti yang diberikan oleh pramugari sama sekali tidak bisa
melenyapkan rasa itu. Maklum saja.
Sesampainya
di Kuala Namu kami disambut beberapa orang panitia, sebagian ada yang saya
kenal, sebagian lagi belum kenalan. Hahaha. Mereka dengan gesit mengumpulkan
rombongan lain yang satu bus dengan kami, tidak terlalu lama kami semua sudah
berada di dalam bus. Saya satu bus dengan teman-teman dari Aceh dan Dumai,
segera kami meluncur menuju Danau Toba. Ini adalah perjalanan sebenarnya karena
butuh waktu lima jam untuk sampai di destinasi. Kami melewati Serdang Bedagai, Kota
Tebing Tinggi, Kota Roti Ganda (Pematang Siantar), sampai di Simalungun, hingga
akhirnya di Parapat. Jalan yang kami tempuh cukup mulus walaupun agak sempit,
makin sempit begitu memasuki kawasan wisata Danau Toba. Semoga segera di
perbaiki lah karena Toba kan salah satu dari 10 destinasi wisata andalan
Indonesia.
Sedikit mendung tetapi tetap indah |
Semua
bus berhenti di Hotel Niagara, beberapa bus terlihat sudah parkir karena memang
beberapa rombongan sudah datang terlebih dahulu. Bangunan Hotel terletak di
puncak bukit, memiliki lapangan parkir yang cukup luas, bangunan tua yang
mengadopsi gaya rumah adat batak. Segera kami turun untuk makan malam, terasa
cukup nikmat bisa jadi karena cuaca di Toba yang cukup dingin, dan bisa jadi
juga karena perut saya yang lapar. Setelah menikmati maka malam, kami kembali
berkumpul untuk melanjutkan perjalanan ke hotel tempat kami menginap, karena
hotel Niagara sepertinya khusus bagi pegawai wanita dan para petinggi
perusahaan.
Saya
sudah tidak sabar menunggu hari esok, katanya sih besok kami akan menyeberang
ke Pulau Samosir. Sesuatu yang paling saya tunggu.
Hari
pertama, cuaca mendung menyambut pagi kami, saya baru sadar bahwa tidak ada
pendingin ruangan di dalam kamar, pantas karena cuaca dingin tidak terlalu
membutuhkan pendingin tentunya. Coba hirup udara pagi di Toba, segar minta
ampun, pemandangan hotel yang langsung menghadap danau tidak begitu saja saya
lepaskan, luasnya hamparan danau dikepung jejeran pohon pinus sungguh
menyejukkan mata, saya bergegas mengambil kamera dan mengabadikan beberapa
momen pagi menjelang matahari terbit menerpa riak danau. Semua kami bersiap,
perjalanan motivasi dimulai hari ini, tentu saja kami akan mendengarkan
motivasi dari motivator, membahas beberapa hal mengenai perusahaan dari
beberapa petinggi, cukup hanya saya yang
tahu bagian itu. Semua rangkaian acara formal telah selesai, saatnya
mengisi perut dan segera menyeberang ke Pulau Samosir.
Ini kapal yang kami tumpangi |
Untuk
mencapai Pulau Samosir kita bisa menggunakan beberapa pilihan kapal yang sandar
di dermaga mulai dari yang kecil hingga yang cukup besar sanggup menampung sekitar
100 orang, kapal-kapal sengaja di modifikasi demi kenyamanan penumpang. Kami
beruntung punya panitia yang telah menyiapkan akomodasi, semua orang segera
naik ke kapal sesuai arahan panitia. Saya dan beberapa kawan sengaja memilih
dek bagian atas untuk dapat melihat keindahan danau toba secara utuh. Walaupun
cuaca cukup panas tetapi semua terbayar dengan bebasnya mata melihat pemandangan
sekeliling danau. Sesekali kami menyanyi dan berjoget bersama karena kapal yang
ditumpangi juga dilengkapi dengan sound system ciamik. Saya sudah tidak sabar
menginjakkan kaki di pulau samosir, jangan bayangkan pulau samosir dekat
seperti peta di sekolah, butuh waktu sekitar 45 menit untuk mencapai tepian
pulau dari dermaga Parapat. Hahahaha.
Kompek Huta Siallagan |
Cuaca
berubah jadi gelap ketika kami bersandar di dermaga pulau, semua orang turun
termasuk saya tentunya. Beberapa warga menyamput kami dengan senyuman hangat,
mengucapkan selamat datang, bersalaman, dan ada juga yang menawarkan jualannya.
Kami disambut oleh dua patung Hulubalang yang berada di sisi kiri dan kanan
gerbang masuk kawasan Huta Siallagan. Pemadu wisata setempat dengan cekatan
menuntun rombongan kami memasuki kawasan Huta Siallagan yaitu peninggalan
sejarah hukum batak tempo dulu. Kawasan tersebut dikelilingi oleh tembok batu
kira-kira setinggi 1.5 meter, terdapat beberapa rumah adat batak dan kursi batu
yang tersusun di bawah pohon hau
habonaran (pohon kehidupan). Konon menurut pemandu kami sebelum membangun
kampung disuatu daerah maka suku batak terlebih dahulu menanam pohon hau habonaran, jika pohon tersebut
tumbuh dalam waktu tujuh hari maka daerah tersebut boleh ditempati atau
mendirikan perkampungan. Deretan kursi batu yang berada di bawah pohon terletak
mengelilingi sebuah meja batu. Terdapat kursi pengadilan untuk tetua adat,
dukun, raja, permaisuri, hingga kursi yang ukurannya paling kecil sebagai
tempat duduk terdakwa. Masih menurut pemandu kami, orang yang berbuat kejahatan
akan diadili di depan raja dan setelah diadili maka akan ditempatkan di bawah
kolong rumah raja untuk menunggu hukuman yang akan diberikan. Hukuman yang
paling mengerikan itu adalah potong kepala. Ngeri banget nih hukumannya.
Setelah
mendengarkan sejarah Huta Siallagan, kami sempatkan untuk menari bersama. Tentu
saja tarian alah suku batak, kami bergembira dengan gerakan tarian yang
sederhana, tidak lupa kenakan kain ulos terlebih dahulu, baik itu lelaki maupun
perempuan. Agar lebih sempurna.
Setelah Menari Tor tor |
Sayang
sekali kami tidak punya waktu banyak, sehingga hanya kawasan Huta Siallagan yang
sempat kami kunjungi, kabarnya masih banyak lagi destinasi seperti kuburan para
raja, kampung ulos, ah…tak mengapa…lain kali saya akan kembali lagi. Menjelang
kembali ke Parapat saya menyempatkan diri membeli beberapa oleh-oleh khas batak,
ikat kepala ulos, satu buah miniatur rumah adat batak, dan satu buah patung
yang seharusnya dibeli satu pasang. Nah…ini ada catatan khusus teman, untuk
membeli oleh-oleh kita perlu kekuatan dan kemahiran dalam hal tawar menawar,
karena menurut saya harga yang ditawarkan terlalu tinggi dan tidak sama antara
penjual satu dengan yang lain dengan barang yang sama. Ini tentu tidak baik
bagi perkembangan pariwisata karena harga yang seenaknya dimainkan membuat
pengunjung tidak nyaman dan bisa jadi berujung kecewa. Padahal kerajinan atau
barang dagangan yang mereka tawarkan cukup bervariatif, semoga segera bisa
dibenahi lah sama pemerintahnya.
Walaupun rasa penasaran saya sedikit terobati
akan Pulau Samosir, namun Jika kembali lagi ke Samosir saya akan melakukan
banyak hal lagi disini. See You. *Nanda Bismar
Sampai juga ke Samosir ya Bung
ReplyDeleteSaya dulu ke sana naik motor dari Aceh haha
uihh pasti seru bung...saya belum puas..selalu ingin sejak kecil...ah..
Delete