DORNIER 328

Alhamdulillah…adalah kata pertama kali yang aku ucapkan ketika Si burung besi baling-baling yang aku tumpangi mendarat mulus di Bandar udara Sultan Mahmud Badaruddin II di Kota Palembang. Perjalanan dari Kota Pekanbaru terasa begitu lama dan menegangkan, maklum baru kali pertama aku menumpangi sebuah pesawat jenis Dornier 328 bermesin turbo lengkap dengan dua baling-baling di kedua bentang sayap. Dahulunya pesawat buatan Dornier ini merupakan jenis pesawat yang sempat menjadi trend di eropa pada era tahun 1991, namun kini tidak diproduksi lagi.

Mengapa saya tertarik untuk menulis pengalaman ini, tidak lain adalah seperti biasa bahwa apapun yang menjadi pengalaman pertama, maka akan saya tulis untuk dikenang sepanjang masa. Tepat  pada tanggal 17 April 2016, dua minggu yang lalu saya dan rekan bertolak menuju Kota Palembang untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh kantor. Dua hari sebelum keberangkatan saya telah memesan tiket pesawat dengan tujuan Palembang terlebih dahulu transit di Jakarta, karena sepengetahuan saya tidak ada pesawat langsung menuju Palembang dari Pekanbaru. Beberapa saat setelah saya mengirim email pemesanan tiket, saya mendapat telpon dari bagian pemesanan tiket, “mas pake pesawat langsung ya ke Palembang, Express Air, “begitu kira-kira suara si mbak menawarkan kepada saya. Mendengar ucapan si mbak saya langsung kaget karena belum pernah mendengar nama perusahaan tersebut sebelumnya. Sempat saya protes karena tiket yang saya pesan tidak sesuai dengan dengan keinginan, namun karena suatu dan lain hal akhirnya saya sepakati.
Nah ini dia penampakan si Dornier gan
Sekarang timbul dalam benak saya adalah seperti apa jenis pesawat yang akan membawa saya ke Palembang, maklum saja saya cukup takut dengan ketinggian, dan naik pesawat bukanlah hal yang saya sukai. Walaupun dulu sewaktu kecil naik pesawat bagi saya adalah suatu hal yang keren dan membanggakan, sekarang jauh berbeda, terasa lebih menakutkan ketika berada dalam pesawat. Tiket pesawat yang saya pesan akhirnya sampai, satu tiket penerbangan langsung dengan menggunakan Express Air dan satu lagi menggunakan Garuda Indonesia untuk penerbangan kembali, saya mencermati tiket Express Air, tertulis jenis pesawat Dornier 328. Melihat hal tersebut saya langsung meraih telepon genggam dan mencari informasi mengenai jenis pesawat yang tertulis di tiket penerbangan. Semua informasi yang terkait dengan Dornier saya baca, beruntung juga saya dapat tambahan ilmu baru..hahahha.
Hari keberangkatan tiba, saya menunggu di bandara bersama seorang teman yang juga menaiki pesawat yang sama, jadwal penerbangan kami pukul 16.20 dan diperkirakan sampai di Palembang pada pukul 17.25, satu jam perjalanan. Dalam hati saya masih tidak karuan, keringat mengucur, saya amat cemas, ini adalah kali pertama saya menaiki pesawat dengan ukuran yang lebih kecil. Panggilan dari pengeras suara ruang tunggu menyuruh kami untuk segera naik ke pesawat, sekitar pukul 16.40, lumayan disiplin juga si Express. Karena pesawat yang berukuran kecil maka kami menuju tangga untuk naik pesawat degan berjalan kaki, dari belakang saya mendengar percakapan seorang ibu kepada lelaki di depannya, “benar ini pesawatnya kan pak, cuma kita yang yang naik, “ sambil menggendong anaknya. Bergidik juga bulu kuduk  mendengar ucapan yang terlontar dari mulut sang ibu, namun saya tetap mencoba untuk tetap tenang.
Sebelum menaiki pesawat kami harus melewati beberapa anak tangga, di kabin penumpang tidak banyak tempat duduk layaknya pesawat jet kebanyakan. Saya rasa pesawat yang kami tumpangi hanya memuat 30 sampai 35 orang, dengan dua baris tempat duduk di sisi kanan dan satu baris di sisi kiri. Sekarang semua penumpang telah duduk dikursinya masing-masing, terlihat hanya beberapa saja kursi yang kosong, saya duduk di sebelah Dani yang duduk persis di samping jendela. Kami sama-sama paham baru pertama kali menaiki pesawat dengan baling-baling, jadi kami berusaha untuk menutupi kecemasan masing –masing. Beberapa saat sebelum lepas landas, satu-satunya pramugari dalam pesawat itu memberikan arahan petunjuk keselamatan kepada penumpang, ia terlihat amat cekatan, dalam hati aku berfikir betapa kuatnya mental wanita ini. Setelah sang pramugari memberikan petunjuk, giliran pilot yang memberikan peringatan bahwa pesawat akan segera lepas landas, kami diingatkan untuk menggunakan sabuk keselamatan. Tidak butuh landasan yang panjang pesawat kami mulai mengudara, saya melongok keluar jendela dan merasakan sedikit turbulensi, awal terbang yang cukup mulus tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya akan ada banyak goncangan terasa.
Dalam perjalanan kami diberikan satu kotak snack yang isinya roti dan segelas air mineral, lumayan. Karena pesawat jenis Dornier adalah pesawat penumpang berukuran menengah, maka ketinggian pesawat pun tidak seperti pesawat berukuran besar yang terbang lebih tinggi, kami terbang dengan ketinggian dimana kami masih bisa dengan cukup jelas melihat apa yang ada di daratan, hutan, sungai, rumah penduduk. Cuaca yang tidak baik di sepanjang perjalanan membuat degup jantung berdetak semakin kencang, hujan lebat plus awan gelap menghujam pesawat, sehingga jika saya melongok keluar yang saya lihat hanyalah gumpalan awan hitam, air hujan pun terlihat dengan jelas membasahi kaca kabin. Beberapa kali pesawat mengalami guncangan karena kondisi cuaca yang buruk, cukup terasa karena memang faktor dari ukuran pesawat, bahkan saya sempat berfikir bagaimana dengan orang-orang yang hidup di daerah dengan cuaca yang ekstrem dan harus naik pesawat.
Perjalanan terasa amat jauh, tidak lain karena perasaan saya sudah tidak menentu, semua nya terasa berputar jelas dikepala, waktu terasa berjalan begitu lambat, berulang kali saya menengok arloji ditangan dan melihat ke sekeliling, mereka terlihat lebih santai. Pukul 17.40 kami mendarat di Bandar Udara Mahmud Badaruddin II Palembang dengan kondisi cuaca hujan yang lumayan deras, pendaratan berlangsung mulus, sebelum turun dari pesawat kami disambut dengan senyuman oleh sang kapten pesawat. “orang yang hebat,” ucap saya dalam hati. *Nanda Bismar. Teluk Kuantan, 28 April 2016


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Gadih Minang (Sakola atau Balaki?)

TRAGEDI 26 MEI 2011 . ( PART II )