Dendam dan Kesetiaan 47 Ronin
47
Ronin, buku ini menceritakan tentang pembalasan 47 Ronin terhadap seorang protokol
Shogun bernama Kira. Pembalasan dendam para samurai tidak bertuan alias Ronin
tersebut adalah buntut dari dua sabetan pedang Lord Asano terhadap Kira yang
dianggap telah meremehkannya dalam sebuah acara resmi yang dihadiri langsung
oleh Shogun. Akibat dari kejadian yang berlangsung cepat itu seluruh rangkaian
acara dibubarkan, Kira bersimbah darah dan pada sore harinya Lord Asano harus melakukan
seppuku (ritual bunuh diri secara
terhormat) sesuai dengan perintah atas hukum yang berlaku di zaman kekaisaran Jepang
sekitar tahun 1748. Tidak hanya melakukan seppuku,
tanah air yang dipimpin oleh Lord Asano ikut diambil alih oleh Shogun sehingga
para penduduk Desa Ako bertebaran mencari tempat tinggal untuk melanjutkan
kehidupan mereka.
![]() |
*ist |
Seketika
para samurai yang sebelumnya dipimpin oleh Lord Asano tidak terima dengan apa
yang telah terjadi dengan tuannya yang tidak hanya menyebabkan mereka menjadi Ronin,
tetapi juga kehilangan segalanya. Misi balas dendam pun dimulai. Adalah Oishi sebagai
orang kedua yang paling berpengaruh dalam Klan Asano mengambil alih pimpinan sementara
para samurai. Awalnya Oishi dan puluhan samurai lainnya meminta kebaikan hati
shogun melalui surat resmi untuk meminta tanah mereka agar tidak disita. Tidak
hanya meminta kebaikan hati Shogun tetapi Oishi dan samurai lainnya juga
menyiapkan rencana lain seandainya surat mereka ditolak, misi balas dendam
untuk mengembalikan kehormatan samurai Ako sekaligus menuntaskan dendam tuannya
kepada Kira. Misi balas dendam tidak bisa berjalan dengan mudah, para Ronin harus
melewati berbagai rintangan dan ujian untuk dapat menuntaskan misi mereka. Berulang
kali Oishi meminta pendapat beberapa tetua samurai diantaranya Yoshida dan
lagi-lagi sabar harus menjadi kunci untuk kesuksesan misi balas dendam para Ronin.
Sebelum
menuntaskan misi balas dendam menuju Edo (desa tempat tinggal Kira), Oishi
telah mengambil sumpah para pasukan Ako yang berjumlah lebih dari 60 orang. Tantangan
terbesar mereka adalah menaklukkan mata-mata dari klan Uesugi yang telah
menyatakan memberikan bantuan kepada Kira jika sewaktu-waktu Edo diserang. Oishi
tidak menyerah begitu saja, ia menegaskan akan terus berusaha mengalihkan
perhatian mata-mata sehingga tidak seorang pun yang tahu tentang rencana balas
dendam terhadap Kira.
Hara,
samurai yang masih muda adalah yang paling tidak sabaran karena menganggap Oishi
dan para samurai senior lainnya hanya mengulur waktu untuk melakukan
penyerangan. Berbagai cara dilakukan oleh Oishi untuk mengelabuhi mata-mata Uesugi
mulai dari mengunjungi tempat hiburan malam yang dipenuhi geisha hingga tinggal
dengan seorang geisha cantik bernama Okura dan berlaku seperti orang biasa pada
umumnya.
Mata-mata
Uesugi jenuh, mereka melaporkan pada Kira bahwa tidak ada tanda-tanda balas
dendam yang akan dilakukan oleh para samurai Ako, kegiatan mata-mata itupun
dihentikan karena menelan biaya yang cukup banyak. Oishi lega, sekarang ia
hanya menunggu surat balasan dari Shogun sembari menyiapkan para pasukan. Jelang
musim dingin yang berarti telah satu tahun menjelang kepergian tuan mereka,
surat balasan dari Shogun datang, isinya menolak semua permohonan para samurai
Ako. Mendengar hal tersebut, Oishi segera mengumpulkan para pasukan yang
tersisa, kembali mereka diambil sumpah dengan darah, dari lebih 60 samurai pada
awalnya hingga hanya 47 yang tersisa dan bersiap untuk melakukan balas dendam,
diantaranya adalah termasuk Chikara, putra satu-satunya Oishi.
Tepat
pada masuknya musim dingin, Oishi dan para pasukan memasuki Edo yang kala itu
sedang mengadakan gelaran upacara minum teh. Semua persiapan dan rencana
dituntaskan, ketegangan dan pertumpahan darah tidak dapat dielakkan hingga
akhirnya Oishi berhasil memenggal kepala Kira di depan semua samurai yang masih
utuh berjumlah 47, para pasukan tersenyum puas dan bangga telah berhasil menuntaskan
dendam tuan mereka, Lord Asano.
Namun
mereka harus menelan buah dari balas dendam yang dilakukan, adalah perintah dari
Shogun yang menyatakan bahwa semua samurai yang terlibat dalam misi balas
dendam harus melakukan seppuku,
hukuman yang terhormat dari Shogun atas berbagai pertimbangan. Semua jasad mereka
dimakamkan di dekat makam tuan mereka Lord asano di kota Sengaku Ji, tidak
terlalu jauh dari kota Tokyo saat ini. *Nanda
Bismar / 01 Agustus 2016. (dikutip dari buku 47 Ronin, Karya John
Allyn).
Comments
Post a Comment