Pesan dari Jerman
Siang
itu, ketika jam kantor masih aktif saya berusaha untuk mengumpulkan semangat
karena memang selepas santap siang godaan sangat banyak utamanya adalah rasa
ngantuk yang menyerang dengan perlahan. Tiba-tiba saya mendapat pesan dari seorang
teman lama yang sekarang sudah jauh di Eropa, dia adalah HS. Semua pasti tau
kan Jerman? Ah itu lho yang juara piala dunia kemaren.
“Nanda,
masih ingat dengan saya”, pesan yang saya baca di messenger media sosial.
Lumayan kaget juga mendapat pesan dari kawan yang sudah sekian lama kami tidak
berkomunikasi, “ya tentu saja saya ingat....lol,” balasku.
Sedikit
berbasa basi HS langsung mengutarakan maksudnya, “saya rencanakan menggarap
project berkaitan dengan dunia jurnalistik, jika Nanda tertarik nanti kita
sambung di skype,”. Mendengar kata yang tidak lazim dari seorang HS tanpa fikir
langsung tertarik karena tidak biasanya HS membicarakan hal ini, secara dia kan
adalah mahasiswa teknik di salah satu universitas di Dortmund. Melihat sesuatu yang janggal karena tak
biasanya seorang engineer memikirkan
dunia jurnalistik apalagi saya mengetahui bahwa HS selama ini adalah orang yang
cukup pragmatis dengan hal-hal yang demikian.
Setelah
mendowload aplikasi Skype, kami pun memulai percakapan. HS memulai ceritanya
menjelaskan kenapa ia ingin memulai sebuah project new media yang menurutnya
akan menjadi sebuah bacaan yang baru bagi masyarakat. Latar belakangnya sama
persis dengan tebakan saya, HS mulai merasa lelah dengan pemberitaan media
massa mainstream akhir-akhir ini. “saya cukup lelah, merasa bosan dan kasihan
dengan masyarakat yang kebingungan gara-gara media massa yang memberikan
informasi yang tidak utuh,” logat baratnya cukup kental. Skenario project yang
telah ia ceritakan membuat saya tertarik secara langsung dan ingin sekali
rasanya berpartisipasi dengan tulisan-tulisan saya yang boleh dibilang masih
jauh dari kata layak. “saya ingin sekali berpartisipasi, tapi saya bukan lagi
seorang jurnalis, saya telah haramkan kembali ke jalan itu, itu adalah jalan
gelap berisikan manusia-manusia yang dirantai pemilik media massa,” saya pun
tak kalah semangat. Yap, memang benar menjadi kuli tinta untuk sebuah media massa
mainstream sekarang kebanyakan walaupun tidak semuanya tak ubahnya seperti
keledai yang terus dipecut oleh tuannya, begitu sarat dengan kepentingan dan
kebanyakan itu dilakukan secara sadar. Menurut saya itu adalah cara regenerasi
kuli tinta yang buruk dan biadab!, karena itu akan terus berlanjut dan
menyesatkan banyak orang.
“ini adalah project no komersil, jadi kita
lakukan benar-benar untuk membuat masyarakat bisa menikmati sebuah bacaan yang
membuat mereka tersenyum tanpa menimbulkan kebingungan”, saya dengan cepat
mengerti apa yang HS ungkapkan. Ia menginkan saya mengumpulkan beberapa orang
yang memiliki visi sama, kami akan menulis bersama walaupun itu belum tentu
baik tetapi dengan niat yang baik saya merasa ini adalah sebuah jalan baru.
Rupaya
selama ini HS tidak hanya menyoroti berita media massa di Jerman, tetapi juga
media massa di Indonesia. Media massa di Jerman juga tidak jauh berbeda dengan
di Indonesia kebanyakan, mengangkat isu-isu agama dan ras secara vulgar hingga menimbulkan
kebingungan bahkan kebencian oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya,
propaganda yang sangat buruk. Sebagai kaum minoritas saat ini muslim di Jerman
tidak lagi dengan bebas berekspresi karena isu sebagai kasta kedua dalam sebuah
kelompok adalah hal yang sangat tidak enak. “kami seolah adalah teroris akibat
pemberitaan yang ada apalagi ditambah dengan insiden Charlie Hebdo di Paris,”
ungkap HS. Awalnya memang ia tidak ambil pusing dengan pemberitaan yang terus
menggempur Islam di Jerman, beberapa kawan Turki nya juga merasa tidak nyaman
dengan pemberitaan tersebut.
![]() |
Ilustrasi |
Setelah
kami sepakat untuk terus berkomunikasi, selanjutnya HS berencana akan membuat
sebuah website dengan terlebih dahulu melengkapi legalitas yang dibutuhkan,
maklum saja untuk menyebarkan informasi di dunia cukup diatur dengan ketat.
“saya nanti maunya sekali dalam satu minggu ada tulisan baru berdasarkan riset
kecil-kecilan yang kita lakukan, kita akan tulis bagaimana indahnya sebuah
perbedaan untuk menepis berbagai propaganda media mainstream,” suaranya
terdengar dengan jelas walaupun videonya tidak terlalu bersih. Saya tentunya
tidak sabar untuk menyumbangkan tulisan-tulisan bodoh saya, walaupun dikemudian
hari project ini menemui jalan buntu setidaknya saya telah mendapatkan seorang
teman yang memiliki visi yang sama. “kita mulai ini dengan pelan Nanda, tidak usah
tergesa agar hasilnya lebih baik”, pesan HS.
Teluk
Kuantan, 14 Februari 2015
Comments
Post a Comment