Sinopsis 26
Pegunungan yang indah dengan puncak gunung tinggi menjulang dan hamparan padang rumput
hijau yang luas di lerengnya, di sebelah selatan gunung di tepi danau yang
tenang terdapat sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu, di sekeliling rumah
itu ditumbuhi berbagai jenis tanaman bunga, seperti bunga tulip, mawar dan
hamparan bunga dahlia. Warna bunga nya yang indah bisa kita lihat setiap hari
dan akan di basahi embun pada pagi harinya sedang akan memantulkan kilauan cahaya
matahari pada sore harinya. Jika kita melihat agak jauh dari jendela di lantai
dua maka akan terlihat peternakan sapi dan domba yang tengah asik menikmati
rumput dan merasakan manisnya rumput di alam bebas. Kamu tahu? Itu adalah rumah
aku kelak, rumah kita berdua maksudnya. Aku telah tinggal disana sejak kecil
dengan kedua orang tua ku sebelum aku bertemu dengan mu, jadi begini ceritanya.
Suatu
hari aku berangkat sekolah dimana setiap harinya aku harus berjalan sejauh dua
kilometer untuk mencapai sekolah, jalan berliku, datar dan masih berkerikil
adalah jalur ku setiap hari. Sebenarnya aku bisa saja melalui jalan yang lebih
bagus yaitu dengan megambil jalan memutar tapi jaraknya menjadi dua kali lipat
dari jalan kerikil. Sedangkan aku juga harus sampai pagi harinya di sekolah
sebelum kelas di mulai atau upacara bendera di mulai setiap hari Senin, karena
aku sering di tunjuk sebagai komandan upacara. Kamu pasti tidak tahu aku adalah
seorang komandan upacara, bahkan kerap kali. Seperti biasa aku selalu menjalani
rutinitas yang sama setiap hari, berjalan sejauh dua kilometer untuk sekolah,
belajar, makan dan tidur. Kecuali hari minggu, ya hari minggu aku kerap kali
mengajak kawan-kawan pergi mendaki gunung atau sekedar mandi sambil mencari
ikan kecil di sungai. Jangan takut karena gunung itu sudah tidak aktif lagi
sehingga sangat tenang dan nyaman untuk di tinggali, sungainya pun tidak
terlalu dalam kecuali di beberapa lubuk dengan tikungan memang agak dalam,
arusnya juga tidak terlalu deras dengan batu batu yang tidak terlalu besar.
Konon kabarnya sungai itu terbentuk akibat dari letusan gunung ratusan tahun
silam.
Seperti
anak kampung kebanyakan, aku juga mengerjakan beberapa tugas membantu orang tua
ku, kadang sepulang sekolah aku membantu orang tua ku mengangkat kayu atau
pergi ke ladang memetik beberapa buah yang bisa kami nikmati. Puluhan tahun
hidup aku terus bergulir di kampung ku yang masih sangat alami hingga akhirnya
aku harus berangkat ke kota untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
karena orang tua ku tidak ingin anaknya hanya menamatkan sekolah setingkat
menengah. Sekarang aku telah menjadi seorang pemuda yang segera bersiap menuju
masa dewasa. Walaupun hanyalah seorang pemuda kampung namun tekad ku sudah
bulat untuk pergi menuntut ilmu, karena aku sadar bahwa hanya orang-orang
berpendidikan yang akan menjadi raja di pada masanya. Aku melambaikan tangan
kepada kedua orang tua ku setelah sebelumnya aku mencuci muka dengan air danau
dan berkaca pada permukaan, “aku akan berubah,” ucapku dalam hati. Beberapa
tetanggaku yang rumah kami cukup berjauahan juga datang untuk melepas ku
berangkat ke kota.
Aku
tidak punya siapapun di kota yang aku tahu hanyalah aku diterima untuk sekolah
lebih tinggi. Kota yang aku tuju berjarak 200 kilometer dari desaku, jalannya
sudah sangat bagus sehingga tidak butuh waktu terlalu lama untuk sampai di
kota. Bingung adalah hal pertama yang aku rasakan karena kota ini begitu besar
dan ramai menurutku. Namun lama kelamaan aku sudah mulai terbiasa dengan hiruk
pikuk kota ini, semua orang jelas punya urusannya masing masing lalu sorenya
pulang kerumah masing-masing. Waktu terus bergulir dan kini aku sudah punya
banyak kawan di kota sehingga mereka membuat ku betah serasa berada dirumah
sendiri, mereka dengan setia menemati dalam suka maupun duka. Yap, benar sekali
aku adalah orang yang sangat suka berteman karena entah kenapa mengoleksi
banyak teman lebih baik ketimbang mengoleksi banyak wanita.
Hingga
suatu hari aku bertemu dengan seseorang yang membuat aku terus ingin menatapnya
dengan berbagai cara dan berbagai sudut. Wanita itu adalah dia, iya kamu yang
yang sedang membaca tulisan ini, pertemuan yang secara tidak sengaja empat
tahun silam telah membuat kita melangkah sejauh ini. Aku masih ingat ketika
awal kali pertama bertemu dengan mu, engkau mengenakan baju kemeja putih lengan
panjang yang digulung di bawah siku, jilbab hitam dan sepatu kets warna
abu-abu. Pipi mu terlihat seperti bakpao agak bulat dan dagu yang panjang seperti
sarang lebah menggantung. Sejak pertemuan itu aku terus berusaha mencari
tentang dirimu, siapa gadis itu? Orang mana? dan apa jurusannya, tidak perlu
menunggu lama aku segera tahu jawabannya, karena apa? Karena aku punya banyak
teman dimana-mana.
Semenjak
pertemuan itu hubungan kami menjadi semakin akrab ketika kami disatukan dalam
sebuah perkumpulan para mahasiswa pecinta jurnalistik di sekolah. Suatu hari
kami mengadakan acara berkemah di tepi sungai, tidak jauh dari sekolah.
Tiba-tiba ada insiden yang menyebabkan kaki salah seorang peserta mengalami
kram, aku tidak menyangka bahwa kaki dia lah yang mengalami kram dengan spontan
aku berusaha untuk meredakan rasa sakitnya dengan memijat pergelangan kakinya.
Rupanya memang dia sering mengalami kram pada kaki akibat tidak biasa atau
terkejut dengan lingkungan yang baru, maklumlah mungkin dia anak kota, (Kota
Tua maksudnya).
Tidak
jarang juga aku mengantarkannya pergi berobat ke dokter gigi karena ia sering
mengeluh sakit gigi, aku sih tidak keberatan karena kan sekaligus bisa
berdekatan denganya. Sebenarnya banyak lagi moment jelang tanggal itu tetapi
tidak akan cukup halaman ini untuk membahasanya. Tanggal itu, ya tanggal 26 Mei
2011 kami meresmikan hubungan ini menjadi lebih dekat, moment itu terjadi di
sebuah warung kopi dengan resepsi yang sederhana saja. Tidak ada mahar yang
spesial melainkan hanya sebuah kartu seluler yang memang memasang tarif murah
waktu itu, maklumlah kami masih mahasiswa.
Semenjak
hari itu tentu saja hubungan kami semakin dekat dan dekat sekali sehingga kami
kerap kali berangkat ke kampus bersama, makan bersama, dan bermain bersama.
Pernah juga kami memasak bersama karena salah satu hobi terpendam ku adalah
memasak. Terkadang jika kami penat dengan aktivitas perkuliahan dan organisasi maka
kami akan memilih pantai sebagai tempat untuk menenangkan diri, hingga hampir
semua pantai yang tidak jauh dari kota telah kami jelajahi. Di pantai kami bisa
menikmati deburan ombak dan langit biru yang amat luas, atau hanya sekedar
meminum es kelapa muda segar. Pantai memang bukan satu-satunya tempat kami
menenangkan diri, kadang kami juga memilih wisata kuliner sebagai ajang untuk
melepaskan hasrat penasaran dengan cita rasa makanan.
Begitu
lah kehidupan kami semasa kuliah dengan tetap menyeimbangkan dengan kegiatan
kuliah agar tidak terlalu telat menamatkan kuliah. Sekarang kami tidak lagi
kuliah, tidak lagi sibuk dengan aktivitas organisasi dan sebagainya yang berbau
kampus. Kami punya kesibukan baru yaitu bekerja mengabdikan ilmu-ilmu yang
telah di dapat sekaligus membantu kedua orang tua. Dia bekerja tidak terlalu
jauh dari kampus kami dahulu, sedang aku harus dibatasi provinsi untuk bekerja.
Jarak tentu saja bukan menjadi halangan bagi kami, karena sekarang zaman sudah
sangat canggih dan serba cepat. Mau kemanapun dan kapanpun semua sarana
tersedia dengan baik. Walaupun jarak nya lumayan jauh tetapi aku masih percaya
bahwa ia akan terus menjaga apa yang telah sepatutnya ia jaga dan usaha yang
sama juga aku lakukan. Dia kerap kali mengirimi aku paket, pernah sekali waktu
itu ia mengirimkan aku makanan sekardus besar, tentu saja aku sangat senang
karena hobi aku adalah makan.
Namun
diantara paket yang ia kirimkan yang paling spesial adalah kue yang dikirimkan
pada bulan Mei lalu, waktu itu tiga tahun sudah kami merangkainya bersama.
Kue-kue cupcake cantik itu sebenarnya tidak ingin aku makan, tetapi karena
kelihatannya lezat sekali ya aku makan saja. Anggap saja aku makan cintanya
dia,,,eaaaa. Lalu aku ngirim apa ke kantornya? Apa ya? Aku pun tidak ingat
mungkin tidak ada yang pernah aku kirim, hehe.
![]() |
Nah ini cupcake cantiknya, tapi sudah aku makan :D |
Setidaknnya sekarang kami telah
memiliki cincin bermata biru yang sudah lama kami impikan dan aku sangat senang
memasang cincin itu di jari. Begitulah hal yang sebenarnya terjadi selama tiga
tahun lebih tiga bulan ini, banyak moment lagi yang harusnya ada dalam tulisan
ini, namun ini adalah sinopsinya sebab dengan membaca ini kamu akan mampu
mengingat semua memori yang ada. Banyak lagi petualangan-petualangan yang akan
kami hadapi di kemudian hari jika ini terus berlanjut dan aku ingin ini terus
berlanjut karena kita sudah memulainya maka juga harus menyelesaikannya,
tentang hasilnya? Itu bukan urusan kita sama sekali.
∞Happy Anniversary Sayang∞
Pekanbaru, 25 Juli 2014
Comments
Post a Comment