Melawan Phobia
17 Maret 2014,
saya kembali melanjutkan petualangan saya di dunia kerja dengan sebuah profesi
yang baru dan saya anggap cukup menantang karena kali ini saya bekerja dengan
angka-angka dan tabel serta berbagai rumus yang tentunya sangat tidak saya
sukai dari sekolahan. Semenjak menduduki
bangku pendidikan, saya memang sudah tidak menyukai dunia hitung berhitung
pokoknya yang berhubungan dengan angka sehingga wajar apabila saya tidak juga
menyukai pelajaran turunanya seperti kimia dan fisika. Hal tersebut tentunya
wajar membuat saya agak bodoh bukan terlalu bodoh sih dengan hitungan tetapi
saya yakin apabila dahulu saya menyukai dan mencoba jatuh cinta dengan
matematika dan sejenisnya maka saya tidak akan sesusah ini memahami angka.
![]() |
Saya dan Pak Julian Helmi Lubis |
Sudahlah kawan
penyesalan tidak akan ada gunanya dan juga saya tidak menyesal amat karena
memang saya tidak bodoh-bodoh amat lah dengan soal angka buktinya saya lulus
juga ujian nasional dengan nilai 6 menempel di ijazah..hahaha..alakadarnya tapi
bolehlah yang penting lulus. Nah jika saya sudah berbicara mengenai angka dan
tabel dan sejenisnya maka kawan bisa menebak apa yang akan saya lakoni kali
ini…yap benar sekali pekerjaan sebagai seorang pegawai bank di tingkat
pelaksana alias saya adalah prajurit. Istilah resminya adalah clerck. Saya saat
ini bergabung dengan salah satu bank terbesar di Indonesia dimana apabila
orang-orang menilai secara kebanyakan maka bekerja di bank adalah sebuah prestasi
yang luar dari biasanya. Sepertinya anggapan orang mungkin tidak terlalu
berlebihan namun bukan berarti saya setuju, mungkin orang beranggapan bahwa
untuk bekerja di bank harus melewati serangkaian tes yang rumit oleh karena itu
orang menganggap bahwa mereka yang lulus adalah manusia-manusia pilihan. Selain
itu mungkin juga karena seragam yang dikenakan oleh kebanyakan pegawai bank
yang rapih dan bersih terkesan lebih elit.
Terlepas dari
rejeki ditentukan oleh Tuhan dan saya telah melewati serangkaian tes itu hingga
lulus seperti sekarang. Menurut saya bekerja dimana saja sama saja tidak ada
hebat maupun nilai tambah apapun yang lebih dari apapun karena semuanya sudah
sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing. Saya berikan kawan contoh yang
sederhana bukan saya menyederhanakan pekerjaan ini apalagi meremehkan, contohnya
adalah profesi seorang supir angkutan umum dimana apabila tuan-tuan supir
angkutan tersebut tidak beroperasi hanya satu jam saja maka dapat dibayangkana
efek domino yang akan terjadi seperti ribuan orang akan telat untuk datang ke
kantor atau siswa yang telat mengikuti kelasnya, tentunya belum termasuk
efek-efek lain yang sangat dramatis apabila di dramatisir.
Sekarang saya
telah bekerja di salah satu bank BUMN alias bank pemerintah Indonesia yang
katanya dulu pada saat krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan beberapa lembaga
perbankan kolaps yang membuat pemerintah melakukan merger besar-besaran di
beberapa lembaga perbankan dan lahirlah Bank ini yang katanya sekarang menjadi
Bank nomor satu di Indonesia dari segi asset. Kebangaan pasti menyelimuti para
pegawainya.
Hmmm…sebaiknya
saya sudahi dulu cerita tentang bank ini nanti kita sambung lagi di lain
kesempatan, nah hari ini (17/3/2014) saya pertama kali masuk dan bekerja secara
resmi. Jika pembaca menanyakan bagaimana perasaan saya tentu saya akan menjawab
dengan senang hati bahwa saya senang berada dimanapun, dan menikmati hidup saya
dengan hal-hal baru setiap hari. Saat ini saya bertugas sebagai Assistant
Relationship Manager di unit pembiayaan plasma perkebunan sawit untuk wilayah Sumatera barat, Riau,
Medan dan Aceh. Tugas utamanya adalah mensupport pekerjaan Relationship
Manager. Bingung, adalah hal pertama yang ada dalam benakku karena sekarang aku
berada di depan computer dalam sebuah kabin dan apa yang akan saya lakukan? dimana
sebelumnya saya biasanya berkeliling diluar mencari berita dan berkawan dengan
orang banyak. Hari ini saya tidak lagi membuat berita dan menyajikannya kepada
masyarakat tetapi saya akan bergelut dengan banyak faktur dan urusan-urusan
yang selalu berhubungan dengan angka-angka.
Untungnya di unit ini saya tidak sendirian,
ada tiga orang lagi pria hebat yang akan mengajari saya. Perkenalkan yang
pertama adalah Team Leader kami yaitu pak Julian Helmi Lubis, dari namanya
pembaca sudah tahu kan kalau bapak yang satu ini memiliki darah batak. Memang
lah Pak Helmi adalah asli orang Sumatera Utara tepatnya di Kota Nopan, itu lho
perbatasan antara Sumbar dengan Sumut. Beliau telah mengabdi lebih dari sepuluh
tahun di Bank Mandiri yang tentunya sudah sangat sarat dengan pengalaman. Saya
perkenalkan dua orang lagi yaitu Relationship Manager saya, Pak Aminullah
Ramadhan dan Abraham Arief yang keduanya adalah putra asli ranah minang. Bahkan
Abraham Arief atau akrab disapa Bram adalah senior saya sewaktu di organisasi
dan partner saya sewaktu kami masih aktif menjadi reporter di salah satu Radio
di Kota Padang. Dengan latar belakang sama-sama orang Minang maka saya tidak
butuh waktu lama untuk melebur dengan mereka.
![]() |
Nah ini lah keseharian saya, berkelana di Perkebunan |
Beberapa bulan
telah saya lalui sebagai pegawai swasta dan apa yang saya dapatkan? Pertama
adalah rasa syukur, karena saya tahu bahwa saya diberikan pekerjaan ini adalah
untuk menguji dan melatih ketelitian saya dalam kehidupan. Hal ini karena apa
yang menjadi tugas saya sangat membutuhkan ketelitian dan kecermatan dengan tingklat
margin error harus 0%, benar-benar tidak boleh melakukan kesalahan kecil karena
akan berdampak besar. Sedangkan selama ini saya adalah orang yang agak ceroboh
dalam melakukan sesuatu. Contohnya saja ketika membuat advis debet yaitu nota penarikan
angsuran kredit yang jumlahnya ratusan juta itu, bayangkan apabila saya
melakukan kesalahan sedikit saja dengan salah menulis angkanya maka
duaaaaarrrr…urusannya bisa berabe dan rumit.
Walaupun saya
tidak lagi bebas berkeliaran di luar dan berkenalan dengan para wartawan,
pejabat, aktivis, dan lainnya seperti hari sebelumnya, paling tidak saya bisa
menikmati hari-hari dengan tetap bisa menulis di waktu senggang. Setelah
dijalani saya paham bahwa apa yang saya bayangkan tentang rumitnya bekerja
sebagai pegawai bank ternyata tidak terbukti melainkan itu hanyalah phobia saya
yang takut dengan angka-angka.
Terakhir adalah, merubah maindset orang
tentang kehormatan bekerja sebagai pegawai swasta memang susah tetapi kita
harus menyadari bahwa apapun profesi yang kita lakoni maka lakoni lah dengan
senang hati. Saya punya kata-kata bijak untuk kawan-kawan pembaca “jika kita
tidak mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan maka cintailah pekerjaan yang
kita dapat,” mudah-mudahan ini adalah jalan menuju sesuatu yang lebih baik. Tidak hanya kawan,
saya pun juga punya impian yang masih ingin saya gapai dan saya anggap ini
adalah suatu proses dan jalan yang harus saya lewati untuk menggapai impian.
Pekanbaru, 6 Agustus 2014
Comments
Post a Comment