Prakkk....bunyi pintu rumah yang ditutup dengan keras oleh bapak, kemudian berjalan menuju dapur lalu memukul meja makan dengan tangannya, sekali lagi bunyi yang keras memecah kesunyian rumah kami di tengah malam. “bapak, jangan begitu kasihan anak-anak sudah tidur,” aku mendengar suara ibu mencoba menenangkan bapak. “ibu tidak usah banyak bicara, mana makanan aku lapar, aku lapar,” balas bapak geram, tangannya dikepalkan. Rupanya hari itu ibu tidak memasak lauk karena memang tidak lagi ada uang yang cukup untuk membeli lauk untuk dimasak. Kami hanya makan telur dadar buatan ibu yang dibagi tiga dengan dua orang adik ku. Perlakuan bapak seperti itu tidak hanya sekali dua kali, seringkali kami harus menghadapi emosi yang tidak jelas ketika beliau pulang larut malam. Ya benar sekali, bapak adalah seorang penjudi berat tidak hanya malam, namun siang hari aku juga kerap melihatnya bermain judi gaplek bersama beberapa orang temannya. Meja judi penuh dengan kacang, minuman dan beberapa lemb...
Comments
Post a Comment