aku ingin menjadi seorang palyboy kelas gembel........
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
-
sewaktu aku masih kecil........aku ingin sekali menjadi penakluk wanita.tapi karena tampang aku yang pas-pasan...........akhirnya aku jadi..........pria idaman wanita dech.........hahahahaha
Akhirnya kami menikah, pada Jumat 14 April 2017. Saya butuh waktu setidaknya sekitar enam tahun untuk menentukan sikap, terdengar cukup lama bagi sebagian orang, namun sebenarnya waktu yang sebentar saja. Lalu kenapa harus begitu lama? bagaimana tidak.., menikah bukan perkara gampang, tidak hanya menyatukan satu manusia dengan manusia lain, tetapi juga menyatukan satu keluarga dengan keluarga yang lain, menyatukan hubungan antar satu kerabat dengan kerabat lain, jika berakhir tidak baik maka bukan hanya dua orang manusia yang tidak baik tetapi juga hubungan-hubungan lain yang ada di dalamnya, sebaliknya juga begitu.
Hari – Hari Yang Penuh Kejutan Setelah resmi menjadi pujaan hati si bele, aku pun melewati hari – hari yang indah seperti pengantin baru. Apapun dihadapan mata adalah cinta yang berbunga seperti kembang api. Mulai dari pergi kuliah bareng...pulang kuliah bareng...belajar bareng ( tapi pas belajar lebih sering mengeluarkan kata – kata mesra sambil sesekali gombal J ). Pernah si bele bertanya “ ndak latiah nanda antaan ji tiap hari kayak giko ?”. trus aku jawab “ ndak lah sayang...iko baru pengorbanan sederhana...angok nanda agiahan samo ji mah ( maksudnyo angok pagi yang alun gosok gigi tu a ). Saat awal – awal jadian semua orang terasa tersenyum aneh kepadaku..termasuk sama si bele...semua orang kaget bukan kepalang...aneh...dua orang yang saling tidak kenal tiba – tiba menjadi pasangan dalam waktu dekat. Jujur tidak hanya orang lain yang merasa aneh dan kaget tapi aku sama si bele pun masih serasa tidak percaya kenapa kami bisa jadian dalam waktu penjajakan 2 hari. Sekali lagi ...
“Bu...apakah aku sudah boleh sekolah?”, tanyaku pada ibu yang sedang memasak goreng ikan di dapur. Ibu tersenyum mengampiriku, “umur kamu masih empat tahun nak, itu artinya belum cukup untuk bisa bersekolah”, ibu membelai rambut ku. Tapi aku terus bersikeras ingin bersekolah, aku bosan dirumah apalagi ketika itu rumah kami hanya berjarak lima meter dari sekolah. “aku mau sekolah bu, kalau tidak boleh, aku mau ikut taman kanak-kanak saja,” kerasku. Ibu ku begitu sabar, ia memberitahu ku bahwa taman kanak-kanak hanya ada di ibukota kecamatan sedangkan kami berada satu jam dari ibukota kecamatan, satu jam karena jalan yang begitu buruk pada waktu itu. Hujan saja sedikit maka dijamin kendaraan akan susah payah memasuki desa kami. Ibu ku adalah salah seorang dari tamatan sekolah pendidikan guru atau SPG yang ketika itu mengabdi di sebuah sekolah inpres. Jumlah ruangan kelas hanya empat ruangan saja, sedangkan jumlah guru hanya ada t...
Comments
Post a Comment