Dasar Pemikiran Tan Malaka
Siapa
tidak kenal dengan Tan Malaka?, saya sendiri sudah lama mendengar nama besar
putra asal Minangkabau yang sukses merasuki pemikiran para generasi muda
melalui buku-bukunya, tetapi baru awal bulan Februari kemarin saya tertarik
untuk belajar Taan, dalam hal ini tentu saja saya memilih untuk membaca buku
hasil pemikiran Tan Malaka. Sama sekali diluar dugaan adalah bahwa bulan Februari
ternyata menjadi bulan yang amat bersejarah, entah ini suatu kebetulan. Sejarah
mencatat bahwa pada tanggal 21 Februari 1949, Tan Malaka gugur di tangan
serdadu bangsa yang selama ini ia perjuangkan. Namun pada bagian kali ini kita
tidak akan membahas bagaimana gugurnya Tan Malaka, tidak juga membahas
bagaimana aktivitasnya di berbagai organisasi, terlalu jauh.
Kali
ini saya akan coba memaparkan bagaimana pokok pikiran dan konsep perjuangan Tan
Malaka, dimana konsep yang beliau kemukakan lebih orisinil dan relevan hingga
sekarang. Baru saja saya membuka sebuah buku hasil pemikiran beliau maka hal
yang saya rasakan pertama kali adalah orisinalitas buah pikiran dan penuh
dengan berbagai disiplin ilmu. Tan Malaka mengajarkan bagaimana seorang manusia
harus mencapai hidup yang seimbang, manusia akan terus berusaha mencari
keseimbangan dalam kesempurnaan dalam hidup. Tulisan berikut adalah hasil
kutipan dari pemikiran Tan Malaka yang dituangkan di dalam bukunya yang
berjudul “Dari Penjara ke Penjara”.
![]() |
Tan Malaka (*ist) |
Menurut
Tan Malaka konsep perjuangan dunia disebabkan oleh dialektika antara tesis dan
anti tesis, positif dan negatif, kodrat penarik dan penolak, hal ini
digambarkan oleh Tan seperti inti atom yang tercipta karena adanya energi
positif dan negatif, begitu juga dengan terciptanya bintang, komet, matahari
dan bumi yag juga merupakan bentuk dari adanya kodrat positif dan negatif. Analogi
tersebut jika dikaitkan dalam kehidupan manusia adalah adanya hak positif atau
hak untuk hidup dimana manusia cenderung akan bertahan hidup dengan mencari
makan, minum, pakaian dan peralatan, serta berbagai hal untuk mewujudkan
kesejahteraan. Sedangkan hak negatif menurut Tan Malaka adalah hak untuk tidak
mati, oleh karenanya manusia cenderung untuk bertahan hidup dengan cara mencari
keamanan dan perlindungan diri dari berbagai macam bahaya dan penyakit. Dua kodrat
tersebut menurut Tan Malaka akan selalu menjadi perjuangan manusia dimana
umumnya hasrat manusia adalah merengkuh kodrat positif sehingga secara langsung
pun manusia tersebut berhasrat untuk mencapai yang kedua.
Pada
masanya Tan Malaka memperhatikan bagaimana revolusi Prancis terjadi akibat dari
kodrat positif dan negatif yang ingin dicapai oleh rakyat Prancis kala itu,
perjuangan tersebut terjadi akibat sistem feodalisme dan tindakan hukum yang
sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dalam hakikatnya rakyat Prancis menuntut
hak positif mereka yaitu melakukan pencarian hidup, berdagang, berladang,
membangun perusahaan dan merdeka menjalankan pekerjaan tersebut serta memiliki
seutuhnya. Sebaliknya makna negatif ialah rasa aman dan bebas dari beban-beban
feodalisme yang berhubungan dengan pencarian hidup mereka, serta bebas pula
dari tindakan hukum yang sewenang-wenang. Persamaan hak ini menjadi poin utama
kaum borjuis Prancis dimana mereka inginkan adalah adanya persamaan hak positif
dan negatif, sama rata dan sama rasa baik dari kalangan kaya maupun miskin
memiliki hak yang sama.
Masih
banyak lagi contoh perjuangan manusia untuk mencapai hak positif dan negatif,
namun dari semuanya Tan Malaka lebih menekankan pada hak negatif yaitu hak
bebas dari rasa takut. Hal ini tidak lepas dari perjuangannya sendiri yang
ingin lepas dari rasa takut dengan memilih berjuang walapun harus masuk keluar
penjara. Walaupun demikian Tan Malaka menilai bahwa hak positif dan negatif
dari setiap warga Negara harus berjalan seimbang, karena kalau tidak maka tidak
akan sempurna dalam hidup mereka. Logikanya adalah walaupun seseorang tersebut
telah memenuhi hak positifnya dengan makanan yang melimpah, hidup yang mewah,
pakaian yang bagus namun jika hak negatif nya belum mampu diwujudkan maka
seorang manusia itu akan selalu merasa terancam. Sederhananya adalah tidak ada
gunanya hidup mewah jika perlindungan diri sendiri masih tidak terjamin.
Tentang
perlindungan dan keamanan seorang warga Negara menurut Tan Malaka juga harus mampu
diwujudkan oleh setiap Negara, dimana Negara bertanggung jawab atas keamanan
setiap warganya. Salah satu caranya adalah dengan adanya kepastian jaminan
keamanan dalam undang-undang sehingga tidak ada kesewenangan Negara seperti
yang terjadi pada zaman feodal Prancis. Undang-undang dibuat oleh Negara agar
setiap warga negaranya mendapat jaminan kepastian hukum, sehingga apabila
terdapat seorang warga Negara yang akan diadili maka terlebih dahulu harus dibuktikan
dengan bukti-bukti pelanggaran yang sah. Tan Malaka menilai bahwa pasca
revolusi prancis, undang-undang perlindungan teradap warga Negara berkembang
pesat, hak asasi manusia menjadi lebih dihargai, namun undang-undang adalah juga
ciptaan manusia yang secara terus menerus akan di perbaiki untuk disempurnakan.
Berangkat dari konsep pemikiran yang demikian
lah Tan Malaka memutuskan berjuang untuk bangsanya, pemikiran yang
dituangkannya dalam bentuk buku menjadi bukti bahwa beliau adalah seorang yang
cerdas dan pejuang revolusioner. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat sehingga
kita dapat mengetahui konsep pemikiran dari perjuangan Tan Malaka, bukan hanya
sekedar mengenal beliau sebagai salah satu tokoh bangsa dengan menutip kata
mutiaranya, pemikiran yang patut untuk kita renungkan dan diambil jika
bermanfaat. *Nanda
Bismar (21/02/2016)
Source : Dari Penjara ke Penjara
Pelajaran sejarah memang seru utk ditelaah
ReplyDeletesejarah selalu menarik sanak...
Deletesejarah selalu menarik sanak...
Delete